Donggala – Warga Desa Ogoamas II, Kecamatan Sojol Utara, Kabupaten Donggala, saat ini mengeluhkan sulitnya mendapatkan tabung gas LPG 3 Kg. Diduga, salah satu pangkalan JM, yang dikelola oleh NH, sering mengirimkan tabung gas yang seharusnya untuk warga setempat ke daerah lain, seperti Kecamatan Dampal Selatan, Kabupaten Toli-Toli.
Salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa dirinya pernah membuntuti mobil yang mengambil gas dari pangkalan tersebut. “Dia itu kalau masyarakat datang, dia bilang habis. Faktanya gas tersebut ada, karena saya pernah melihat ada mobil yang mengambil tabung gas di pangkalan itu dan saya membuntutinya, ternyata diantar sampai ke Dampal Selatan, Kabupaten Toli-Toli,” ungkapnya. dikutip dari nomoni.id
Ia mengklaim telah mengamati kejadian tersebut sebanyak dua kali, dengan mobil dan orang yang berbeda, namun selalu menuju ke arah yang sama. Hingga kini, masyarakat masih mengalami kesulitan dalam mendapatkan tabung gas LPG 3 Kg.
Pihak pangkalan sendiri memberlakukan aturan bahwa satu kepala keluarga hanya bisa mengambil gas sebanyak tiga hingga empat kali dalam sebulan, atau satu kali dalam seminggu. Padahal, menurut warga, gas biasanya habis dalam waktu lima hari. Sementara itu, suplai gas ke pangkalan terjadi dua kali dalam seminggu dengan jumlah 200 hingga 400 tabung per pengiriman. Namun, warga tetap tidak bisa mengambil gas sebelum jadwal yang ditentukan.
“Awalnya masih bagus, karena masyarakat masih antre. Tetapi faktanya sekarang warga sudah tidak melakukan antrean. Setelah saya telusuri, ternyata mereka malas berdebat dengan pemilik pangkalan dan lebih memilih membeli eceran di kios,” tambah warga tersebut.
Diketahui, harga gas yang dijual di pangkalan awalnya sebesar Rp 20 ribu per tabung, kemudian naik menjadi Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu, yang diklaim sudah menjadi kesepakatan warga mengingat biaya perjalanan dan risiko kebocoran tabung. Namun, terdapat dugaan bahwa pangkalan masih belum puas dengan harga tersebut dan juga menjual gas ke pengecer dengan harga lebih tinggi, mencapai Rp 35 ribu per tabung dengan jumlah pengambilan yang lebih besar.
“Faktanya, warga yang hanya butuh satu tabung dibilang tidak ada, tapi di sisi lain ada yang bisa mengambil lima sampai sepuluh bahkan lebih dari dua puluh tabung, diangkut pakai gerobak atau mobil. Kenapa bisa?” ujarnya.
Ia menduga bahwa pangkalan lebih memilih menjual dalam jumlah besar kepada pengecer dengan harga lebih tinggi untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Akibatnya, harga di tingkat pengecer bisa mencapai Rp 45 ribu hingga Rp 50 ribu per tabung, terutama saat terjadi kelangkaan.
Hingga saat ini, belum ada tindakan dari pihak berwenang terkait kelangkaan gas LPG 3 Kg di Desa Ogoamas II. Warga berharap agar pihak terkait segera turun tangan untuk melihat langsung kondisi di lapangan dan mengambil tindakan terhadap oknum pangkalan yang diduga melakukan kecurangan dalam distribusi gas LPG bersubsidi ini.